Kamis, 09 Juni 2011

Semua adalah Ujian

Bisa jadi kita menganggap diri kita beruntung apabila menjalani hidup yang menyenangkan. Segalanya serba sempurna, apapun yang kita inginkan tersedia. Apapun yang kita cita-citakan dapat tercapai, begitulah tidak ada yang susah dalam hidup. Semuanya serba mudah dan dapat diatasi. Semua orang menginginkan situasi demikian. Kaki selalu dapat melangkah dengan ringan dan panjang. Dan bisa jadi kita berkeyakinan bahwa kita adalah mahluk beruntung dan disukai Allah SWT.

Sebaliknya adakalanya sebagain dari kita merasa semuanya serba sulit. Segala daya dan upaya dalam mengarungi kehidupan telah dilakukan, namun hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan. Ibarat kata kepala jadi kaki dan kaki diatas kepala, banting tulang tanpa menghiraukan perjalanan siang dan malam. Semua menjadi terasa sangat sulit dan dunia menjadi sempit. Napas tidak lagi lega, seolah bongkahan batu besar menindih menyesakan dada. Bagaimana bisa orang lain begitu mudah menjalani kehidupannya, sementara kita menjadi orang yang seolah-olah Allah SWT enggan menyapa.

Susah dan senang adalah “soal ujian” yang hakekatnya sama. Dua-duanya bisa menjadikan seseorang masuk sorga atau demikian pula sebaliknya, dua-duanya dapat menjadikan orang yang menjalaninya masuk neraka. Dengan kesenangan dan kemudahan orang dapat mudah lupa diri dan tergoda, sehingga tidak sedikit contoh hal demikian yang berakhir dengan duka dan penyelasan. Orang yang menderita dapat tenggelam dalam penderitaannya apabila dia hanya memaki keadaan tanpa memperbaiki kebodohan-kebodohan dirinya. Penderitaan akan menjadi indah apabila kita menerimanya dengan mutlak tanpa syarat dan tidak ada prasangka buruk sedikitpun bahwa Allah SWT sedang tidak menyukai kita. Penderitaan bisa jadi sapaan agar kita selalu punya alasan untuk dekat, hati-hati dan berdoa dengan penuh pengharapan kepadaNya.

Rabu, 18 November 2009

Tujuan besar hambatan besar

Kata mudah nampaknya tidak berlaku pada upaya meraih sukses. Bahwa nampaknya diawal semuanya begitu lancar, siap-siap saja bahwa akan ada bagian-bagian sulit yang akan muncul. Bagian ini bisa saja muncul dalam ditengah perjalanan waktu atau bahkan periode akhir dalam perjalanan mencapai tujuan. Yakinlah bahwa kita pasti bisa tapi jangan dibayangkan bahwa semuanya akan mudah untuk didapat. Semakin besar target yang kita tetapkan akan semakin besar kesulitan yang akan muncul, demikian pula sebaliknya. Jika kita tidak mau menghadapi resiko hambatan yang akan muncul maka tetapkanlah tujuan-tujuan kecil yang biasa-biasa saja. Tetapi jika kita ingin mencapai hal-hal besar maka siapkan diri kita untuk mengahadapi berbagai rintangan dan badai yang akan muncul. Orang besar akan mencapai hal-hal besar, dan mereka adalah orang-orang yang berani mengahadapi resiko dan tantangan besar.

Jumat, 23 Oktober 2009

mengelola harapan


Banyak yang berpendapat bahawa harapan adalah sumber semangat dalam menjalani kehidupan. Orang tanpa harapan tidak dapat dibayangkan bagaimana dia menjalani kehidupannya sehari-hari. Harapan seperti halnya nyala lilin harus kita perlihara. Tidak mungkin kita membiarkannya begitu terbuka sehingga akan mati tertiup angin. Atau kita lindungi dengan menutupnya pake gelas, juga akan mati karena tidak ada oksigen untuk pembakaran.

Semua diri kita tentu saja memilikinya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Demikian juga orang-orang disekitar kita, ternyata mereka juga memiliki harapan atas kita. Inilah yang harus kita sadari sepenuhnya. Harapan kita terhadap orang lain atau sebaliknya yang telalu besar bisa berujung pada kekecewaan ketika kita atau orang lain tidak mampu memenuhi harapan kita. Untuk itulah harapan harus kita kelola. Apabila orang lain mempunyai harapan atas kita sampaikan secara wajar bahwa belum tentu kita akan mampu memenuhinya, walaupun bukan berarti kita tidak akan berusaha untuk memenuhinya. Atau ada baiknya kita letakan harapan secara proporsional, tidak telalu tinggi dan juga tidak telalu rendah, sehingga kemungkinan kegagalan akan dapat dikurangi. Atau sebaliknya kita sendiri jangan biasakan menaruh harapan telalu besar pada orang lain, sehingga akan mengurangi kemungkinan kekecewaan yang akan kita dapatkan.

Jumat, 24 April 2009

Angsa-angsa putih di sudut-sudut kota Hamburg. Pada musim dingin kelompok masyarakat sukarelawan akan memindahkan mereka ketempat-tempat yang sudah disiapkan dan lebih hangat. Putih dan bersih tidak seorangpun yang tidak suka melihatnya. Sebagaimana halnya orang-orang bijak sering menasehati untuk senantiasa menjaga hati tetap putih dan bersih. Semakin kita jaga kebersihanya akan semakin kuat energi positif yang akan masuk. Sehingga yang keluar adalah keramahan, senyuman, mudah memaafkan, kokoh, tegas dan lain sebagainya. Namun sebaliknya semakin kita membiarkan hati kita terkotori, maka energi negatiflah yang akan terkumpul. Sudah bisa kita banyangkan apa yang akan terpancar dari hati yang penuh dengan energi negatif. Demikianlah nasehat dari seorang pegawai negeri dengan penampilan sederhana namun dari wajahnya terpancar semangat murni untuk mengabdi.

Jumat, 06 Maret 2009

Terlalu banyak yang menjadi beban orang lain

Terkadang kita tidak menyadari atas dasar kontribusi apa kita bisa hidup dan makan. Apakah yang kita makan sudah seimbang dengan kontribusi terbaik yang kita sumbangkan. Apabila tidak jangan-jangan judul di atas terjadi dalam diri kita. Mudah-mudahan tidak sama sekali. ya..sesekali memang kita perlu merenung. Cukup layakah apa yang kita nikmati saat ini dengan usaha dan kerja keras yang kita perjuangkan. Seperti kata "bang Dedi Mizwar" dalam sebuah iklan dalam rangka 100 tahun Kebangkitan Nasional...."bangkit adalah malu, malu karena terus menerus menjadi benalu" atas keringat orang lain...hi..ngeri juga. Mudah-mudahan sekali lagi tidak, tidak, dan tidak terjadi atas diri kita. Kenapa? ya..karena hidup adalah untuk memberikan manfaat dan kontribusi pada kemaslahatan bersama. Untuk bisa maju semua harus memberikan kontribusi terbaik. Dari mana orang bisa hidup kalo kerjaannya hanya nongkrong dan hura-hura. Bagaimana orang tetap bisa hidup sementara dia terus-menerus mengeluh dan bermalas-malasan. Jawabanya sederhana ....Dia hidup atas keringat orang lain! Mungkin orang tuangya, saudara, teman, atau bahkan mungkin para tukang yang bekerja keras membangting tulang.

Minggu, 15 Februari 2009

Dari Kiri-Kanan Deret Depan: Direktur Jendral Cipta Karya Budi Yuwono, Sekretaris Jendral Departemen Pekerjaan Umum Agus Widjanarko, Mantan Ketua TTN Dr. Soetatwo Hadiwigeno, Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto, Mantan Anggota TTN Budi Atmadi, Mantan Sekretaris TTN Danang Parikesit, Deret Belakang: Mantan Kepala Kantor TTN Hermawan Ardiyanto, Sekretaris Ditjen Cipta Karya Antonius Budiono

Berpose sejenak dalam kesempatan melaporkan tugas-tugas rehabilitasi dan rekonstruksi DIY-Jateng yang telah selesai dengan baik.

Rabu, 11 Februari 2009

APA YANG KITA CARI?

BUAT APA?

Rata-rata para eksekutif muda memberikan waktunya mungkin lebih dari 50% untuk bekerja keras. Memang kunci dari kesuksesan adalah kerja keras tanpa kenal lelah dan putus asa. Bahkan terkadang kerja keras saja tidak cukup untuk menggapai impian dunia yang demikian tinggi, sebagian orang (mungkin sebagaian besar) bahkan sampai menempuh jalan apa saja ya "apa saja" yang memang harus diambil untuk demi menggapai cita-cita yang sudah tertancap kuat didalam jiwa. Ya ..usia muda memang sangat menarik dan penuh dengan energi untuk berpetualang dalam. Setelah semua yang kita korbankan memang kesuksesan dapat kita raih, harta yang melimpah atau status sosial yang terpandang atau jabatan setinggi langit bahkan sampai orang disekitar kita tidak mampu lagi mendongakan kepala untuk melihat posisi kita saat ini. Kehormatan yang sedemikian tinggi, semua orang salut dan berdecak kagum dengan apa yang telah kita dapatkan. Namun banyak yang melupakan kalo sejatinya dalam diri kita ada 2 hal yang mestinya mendapatkan perhatian seimbang. Jiwa kita yang perlu terus disirami dengan nilai-nilai ilahiah agar tidak menjadi kering dan badan kita yang membutuhkan istirahat dan perawatan yang cukup.

Sehingga menjadi terhenyak ketika seorang teman baik mengatakan: "Buat apa hidup kalo hanya untuk mencari harta dengan mengabaikan keadilan atas badan dan fisik kita dan kesehatan ...kalo pada saat tua nanti uang tersebut kita belanjakan hanya untuk membelinya kembali"
.